Kamis, 26 November 2015

Renungan hidup

Merenungi hidup dengan sebaik kata tunduk
  
Ada kata yang lebih indah untuk menghibur diri kala di tinggal sendiri. Membuat syair-syair syahdu yang memungkinkan ia ber-karya bersama batin. Ikut larut dengan gerakan-gerakan tangan dan kegesitan pikiran yang berimajinasi dalam suka juga dalam lamunan melalui lembaran-lembaran kertas. Segala cuap akan tergambar dalam delik kenyataan yang menggema dalam kehidupan yang berlarut siang berganti malam. Hingga ia tahu bahwa ketenangan itu berada dalam satu gumpalan yang bernama Kalbu. 

Perikehidupan yang membahana dalam beragam warna. Menebar di mana-mana kemudian menjadi irama tersendiri dalam satu alunan perjalanan hidup setiap insan yang bernyawa. Ada kesulitan kala kemudahan tengah dijalani, ada juga kesedihan kala kebahagiaan tengah dinikmati, ada pula keresahan kala ketenangan sedang menemani dan seterusnya. 

Namun ada satu pertanyaan yang seringkali muncul dalam benak saat peraduan sedang sepi. Kita hidup untuk apa dan untuk siapa? 

Pertanyaan-pertanyaan yang semisal akan muncul ketika hasrat ingin menjelajah lebih dalam apa arti sebuah kehidupan bagi setiap yang bernyawa, terutama manusia. Namun, hal semacam itu perlahan akan pudar seiring dari pergolakan antara ruh yang senantiasa juhud pada takdir yang telah dikehendaki dengan keadaan dunia yang semakin memancing gerak langkah untuk mengalami, mencoba, melewati, menjamah, mencari dan semisalnya. Hingga saatnya, pengalaman-pengalaman memberikan jawaban kepadanya akan arti sebuah kehidupan. 

Jika sudah mengenal Sang Pemilik Kehidupan, kiranya tidak berlebihan untuk menguntai kata seperti bait-bait ini, ---> 

Wajjahtu Wajhiyah

Ku Siratkan Wajah Dalam Setiap Keindahan
Ku Tautkan Pikiran dalam Setiap Kesucian
Ku Semayamkan Jiwa dalam Setiap Ketaatan
Ku Lembutkan Hati dalam Setiap Kejuhudan

Untuk Kemuliaan,
Untuk Kebaikan,
Untuk Kebahagiaan,
Untuk Kedamaian,

Seindah apapun Ia, Sementara,
Semegah apapun Ia, Sesaat,
Semolek apapun Ia, Selaksa,
Wajah duniaku bukanlah wajah akhiratku

Inilah wajahku ya Rabby,
Inilah ibadahku ya Rabby,
Inilah shalatku ya Rabby,
Inilah imanku ya Rabby,

Hanya Untuk-MU,


Kesempurnaan hanyalah milik Allah, maka tunduknya kita adalah dengan segala apa yang kita miliki mengingat kekurangan, kesilapan, kelemahan, kehinaan untuk tetap menghadapkan wajah sesuai ketentuan-Nya, menautkan hati kala ia bersahaja dengan-Nya, serta melemah lembutkan jasad kala berdiri menghadap-Nya tanpa ada tawar-menawar serupiahpun. 

Kreasi pikiran dan imaginasi lewat sebuah untaian kata yang dirakit dengan tujuan untuk menghiasi, mewarnai, bahkan menghibur hati yang sedang sepi. Karena kebutuhan manusia akan “refreshing” tidak bisa dipisahkan dengan kebutuhan pokok (primer) nya manusia wujud dari renungan akan arti kehidupan yang sebenarnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar